Sabtu, 19 Mei 2012

jepang

Natal dan Agama Masyarakat Jepang
{ 22 Desember 2009 @ 8:09 AM } · { culture and events } 
Ini adalah lanjutan dari tulisan saya yang terakhir tentang natal di Jepang. Sama seperti berbagai negara di belahan dunia, Natal di Jepang juga sangat ditunggu-tunggu. Yang berbeda adalah, bagi orang Jepang, Natal bukanlah perayaan keagamaan. Mayoritas rakyat Jepang sendiri agamanya bisa dibilang “tidak jelas”. Mayoritas dari mereka, terutama kaum mudanya, tidak percaya hidup setelah mati. Lalu, kenapa Natal dirayakan oleh hampir semua rakyat Jepang?
Natal diperkenalkan di Jepang oleh para misionaris. Selama bertahun-tahun, yang merayakan Natal hanyalah orang-orang Jepang yang mengakui Yesus sebagai Juru Selamat. Namun begitu, kini suasana Natal di Jepang sangat meriah dan menyita perhatian hampir seluruh negeri. Tukar-menukar kado merupakan tradisi lama orang-orang Jepang. Toko-toko yang ada di Jepang memanfaatkan momen Natal untuk kepentingan komersial — sama dengan yang dilakukan toko-toko di negara-negara Barat. Selama beberapa minggu sebelum Natal, toko-toko di sana mengembar-gemborkan Natal. Toko-toko itu memajang pernak-pernik Natal dan hadiah yang cocok untuk pria, wanita, dan terutama anak-anak. Dengan jumlah satu persen penduduk yang beragama Kristen, sedikit sekali orang Jepang yang benar-benar memahami makna Natal.
Kisah bayi Yesus yang lahir di palungan memang menarik bagi gadis-gadis cilik di Jepang karena mereka memang menyukai segala sesuatu yang berkenaan dengan bayi. Saat Natal, banyak orang yang mengenal palungan untuk pertama kalinya karena biasanya bayi Jepang tidak tidur di palungan.
Banyak tradisi Barat dalam merayakan Natal yang diadopsi oleh orang Jepang. Memang sudah merupakan kebiasaan orang Jepang untuk mencari sesuatu yang menarik dari negara-negara Barat dan kemudian mengubahnya menjadi sesuatu yang kental dengan khas Jepang. Selain tukar-menukar kado, keluarga-keluarga Jepang juga makan kalkun pada hari Natal, dan bahkan ada pohon Natal di beberapa tempat umum. Mereka menghias rumah mereka dengan pohon cemara, dan puji-pujian Natal dikumandangkan dengan sukacita di beberapa rumah. Sering kali, sebuah ranting juga digantung di langit-langit rumah. Krans Natal digantung di depan pintu sebagai simbol keberuntungan.
Di Jepang, ada ‘tuhan’ atau pendeta yang disebut “Hoteiosho” – versi lain Sinterklas. Ia digambarkan sebagai pria tua baik hati yang memanggul tas besar. Beberapa rumor mengatakan bahwa ia mempunyai mata di bagian belakang kepalanya. Penting bagi anak-anak untuk bersikap baik saat tersiar kehadiran Hoteiosho. Tahun Baru merupakan hari raya terpenting dalam kalender Jepang.
Pada malam Tahun Baru, seluruh rumah dibersihkan dari atap sampai lantai bawah. Seluruh rumah dihiasi untuk menyambut hari itu. Saat segala sesuatu telah bersih dan rapi, seisi rumah memakai pakaian yang paling bagus, sering kali mereka memakai baju nasional Jepang — kimono. Kemudian, kepala keluarga berjalan mengelilingi rumah sambil diikuti seisi rumah untuk mengusir roh-roh jahat. Ia melempar buncis kering ke setiap sudut rumah agar roh-roh jahat keluar dari rumah dan keberuntungan masuk ke rumah. Seluruh keluarga pergi ke kuil Shinto, menepukkan kedua tangan mereka untuk menarik perhatian Tuhan mereka dan memohon peruntungan. Sering kali, kesialan-kesialannya dibakar, namun variasi kebiasaan itu tergantung pada kuil dan Tuhannya.
Sebelum kekristenan masuk ke negara yang sekarang disebut Amerika Serikat, kekristenan telah masuk ke negara Jepang. Agama Kristen pertama kali diperkenalkan di Jepang pada abad ke-16 oleh kaum Jesuit dan kemudian oleh para misionaris Fransiskan. Pada akhir abad itu, kira-kira ada 300.000 orang Jepang yang dibaptis.
Sayangnya, situasi yang menjanjikan itu mulai ditentang oleh kelompok misionaris lain dan intrik-intrik politik yang datang dari pemerintah Spanyol dan Portugis, serta partai-partai politik pemerintahan Jepang sendiri. Akibatnya, orang-orang Kristen ditindas.
Korban pertamanya adalah 6 biarawan Fransiskan dan 20 orang petobat yang disalib di Nagasaki pada 5 Februari 1597. Setelah adanya toleransi terhadap orang-orang Kristen yang hanya berlangsung selama beberapa waktu, banyak orang Kristen yang ditangkap, dipenjara, atau dianiaya dan dibunuh; dan gereja pun terpaksa bergerak di bawah tanah pada 1630. Meski begitu, saat Jepang kembali membuka diri kepada negara-negara Barat 250 tahun setelah peristiwa tersebut, ternyata komunitas Kristen Jepang masih bertahan di bawah tanah, tanpa pendeta dan Injil; mereka bertahan hanya dengan instruksi sederhana mengenai iman mereka, tetapi dengan iman yang teguh percaya bahwa Yesus adalah Juru Selamat mereka.
Gereja mulai bertumbuh lagi setelah Komodor Perry membuka negara Jepang dengan armadanya dari Amerika. Misionaris tumpah ruah ke Jepang.
Namun demikian, selama Perang Dunia II, oleh karena curiga dengan orang-orang Kristen dan orang-orang Barat, pemerintah Jepang menggiring orang-orang Kristen ke Nagasaki. Sungguh ironis, negara yang paling bertanggung jawab untuk menginjili orang-orang Jepang, malah menjatuhkan bom nuklir di Nagasaki dan membunuh banyak orang Kristen. Meski begitu, masih ada orang-orang Kristen yang berdedikasi di Jepang, dan gereja pun terus bertumbuh.
Orang Jepang juga menikah umumnya pakai Kristen, diberkati di gereja, tetapi meninggal umumnya secara Buddha dan dibakar diperabukan. Lalu Shinto bagian dari kebudayaan Jepang dan sejenis aliran kepercayaan, bukan agama.
Mengapa saat Natal, gereja di Jepang dipenuhi banyak orang Jepang? Satu kecenderungan menarik memang saat ini semakin banyak orang Jepang ke gereja meskipun mereka belum dipermandikan. Ada pula yang ikut-ikutan temannya ke gereja, pacarnya ke gereja, dan sebagainya.
posted by Alita Pradestia
Natal Bagi Pasangan Muda Jepang
{ 22 Desember 2009 @ 7:39 AM } · { culture and events } 
Bagi banyak anak muda di kota besar di Jepang, peringatan Natal memiliki citra tersendiri. Bukan dirinya sebagai manusia, hari Natal itu sebagai saat mereka berkasih-kasihan, berkencan sampai bercinta. Pergi ke hotel, menginap semalam dan bercinta sebagai tanda cinta mereka satu sama lain. Inilah sebagian citra Natal, terutama di banyak kota besar di Jepang.
Mengapa demikian? Ada kemungkinan Natal menjadi titik tolak cinta mereka yang abadi tak akan dapat dilupakan sampai kapan pun oleh keduanya bahwa mereka bercinta habis saat peringatan Natal. Hanya mengetahui Natal, yang kata orang Kristen, sebagai hari lahir Yesus Kristus. Lalu siapa Yesus Kristus, tidak tahu lagi dan tak mau memikirkan lebih lanjut. Itulah pikiran banyak anak muda Jepang tersebut.
Bagi banyak manusia Jepang mungkin dapat kita sebut sebagai pikiran rasionalis, hanya percaya sesuai apa daya pikir yang ada dan tercakup di otak saja. Tidak mau mempersoalkan hal lain yang dianggap tak jelas. Apalagi kalau sudah soal agama, menurut mereka, merepotkan. Begitulah pola pikirnya.
Puncak perayaan Natal justru dianggap hura-hura, kesenangan karena adanya kelahiran seorang putra manusia “khusus” tanpa mengetahui arti “khusus” tersebut dan bagi banyak anak muda Jepang mereka mengintegrasikan pacarnya sebagai hal yang khusus pula. Karena itu bercinta supaya tetap selamanya diingat dilakukan pertama kali saat Natal, sebagai bukti curahan cinta tertingginya.
Memang tidak semua anak muda Jepang demikian. Namun, citra kuat seks di waktu Natal kenyataan tak bisa dilepaskan lagi saat ini dan hal itu terbukti dengan pasti penuh hotel di Jepang, khususnya di kota besar per tanggal 24 Desember malam. Pasang lilin supaya romantis, makan yang enak, pulang ke hotel dan bercinta. Keesokan harinya pulang ke rumah masing-masing dengan rasa kebahagiaan sebuah “upacara ritual pribadi” telah dilaksanakan dengan baik.
Wow.
Posted by Alita Pradestia
Yang Unik dari Jepang
{ 22 Desember 2009 @ 7:27 AM } · { culture and events } 
Sepupu saya sudah 2 tahun ikut suaminya bekerja di Jepang. Pas ngobrol-ngobrol sama dia soal Jepang, kesan-kesannya dia soal Jepang adalah disiplin, modern, tapi tetap memegang teguh budayanya.
Dia juga cerita-cerita soal hal-hal unik di Jepang.
Katanya orang Jepang punya ekspresi yang seragam. kalau kaget pasti ngomongnya: eeeeeeeeeeee…….pokoknya gitu deh. Rada susah untuk mendeskripsikannya dalam tulisan. kokiers yang tinggal di Jepang pasti ngerti.
Terus nih ya, kalau lagi bingung ekspresinya kayak orang kepedesan, kadang sambil garuk-garuk kepala. Ekspresi kepedesan ini susah untuk dideskripsikan melalui tulisan.
Cewek-cewek Jepang juga kalau bawa tas biasanya banyak (lebih dari satu) cara bawanya adalah lengan ditekuk seperti huruf V dan tasnya digantung/diletakan ditekukan siku. Terus jalan deh dengan jari-jari kaki yang mengarah ke dalam. Jadi jempol sama jempol ketemu… tapi ya gak depet, kalo dempet jalannya susah dong .
Kalau musim panas, keluarlah payung-payung little missy yang berenda-renda. Ada juga sih yang gak berenda-renda. Pokoknya payung anti UV. Sekarang sudah mulai banyak yang pakai. Cewek-cewek Jepang umumnya takut jadi hitam. Sampai-sampai ada kaos tangan yang sampai siku panjangnya untuk ngelindungin tangan supaya nggak hitam kali yee. Teman-teman saya banyak yang udah pake payung ditambah pake topi dan kaos tangan juga. Sampe sepeda juga dipasang payung.
Hal unik yang menurut dia nyebelin di Jepang adalah: Cewek yang kalau ngomong pake “high pitch voice” (bahasa Indonesianya apa ya?). Semakin tinggi dan sengau katanya semakin imut. Kawaii sooooo…..dan ternyata gak cuma cewek aja, cowok juga ada yang begitu. OMG!!
Di toilet cewek biasanya ada tombol/sensor bunyi yang kalo dipencet/disentuh akan keluar bunyi seperti toilet lagi di flush. Jadi kalo lagi buang air jangan lupa pencet tombol bunyi tersebut….hehehe…
Orang Jepang kalau makan ramen ato udong suka diseruput. Semakin kenceng seruputannya semakin enak. Itu kata temen Jepang saya. Hhhhmmm…..padahal yang makan cewek-cewek cantik yang berpenampilan elegan.
Yah pokoknya di Jepang juga banyak orang-orang aneh deh.
posted by Alita Pradestia
Budaya Cari Jodoh di Jepang
{ 22 Desember 2009 @ 6:42 AM } · { culture and events } 
Jika kita biasanya mendengar pepatah berbunyi, ‘Banyak jalan menuju Roma’. Kali ini bisa kita pelesetkan menjadi ‘Banyak Jalan Menuju Jodoh’. Itulah yang terjadi di Jepang. Di negeri matahari terbit ini cukup sulit untuk mencari jodoh. Bahkan sampai-sampai, pemerintah ikut ‘menganjutkan’ agar kaum muda yang telah menginjak usia perkawinan segera menikah dan mempunyai keturunan.
Di Jepang untuk mencari jodoh bisa melalui beberapa cara. Ada yang lewat biro jodoh, melalui comblang teman, atau perjodohan lewat orangtua. Dan yang cukup unik, adalah melalui jalur Kuil. Banyak pria lajang dan gadis Jepang mencari jodoh mereka di sini. Kuil Imado yang dikenal sebagai tempat mencari jodoh, secara berkala mengadakan acara temu jodoh.
Acara di Kuil ini dimulai dengan memanjatkan doa pada Tuhan dengan cara menundukkan kepala dan menepuk tangan mereka. Kemudian para peserta mulai berbaur masuk ke dalam ruangan tempat laki-laki dan perempuan. Di tempat inilah mereka saling ngobrol untuk menemukan pasangan yang dianggap cocok. Awalnya banyak peserta yang terlihat malu untuk memulai obrolan. Namun seiring dengan waktu yang terus berjalan, mereka mulai terbiasa melakukannya. Bahkan banyak dari mereka yang kemudian saling bertukar nomor telepon. Meski demikian, pihak pengelola kuil tidak mengetahui dengan pasti berapa banyak pasangan yang sukses hingga ke pelaminan melalui program ini.
Hingga kini, seperti ditulis Reuters, sebanyak seribu orang telah terdaftar dalam program tersebut. Menurut data pemerintah Jepang terdapat 3.800 biro jodoh yang menawarkan program serupa.
posted by Alita Pradestia
Festival Penis Jepang
{ 14 Desember 2009 @ 5:00 PM } · { culture and events } 
Di Jepang terdapat sebuah festival penis yang di rayakan setiap tahun di bulan April. Pada perayaan tersebut, sekelompok wanita memakai busana khas Jepang dan sepertinya berasal dari kuil terlihat membopong sebuah patung Penis berwarna merah.
Festival Penis JepangFestival penis tersebut di lakukan di daerah Kawasaki, Jepang. Pada festival tersebut di pajang juga aneka macam patung berbentuk penis mulai dari asbak rokok, alat kelengkapan rumah tangga seperti asung dan kompor dari penis. Bahkan terdapat juga meriam-meriam yang berbentuk penis. Yang lebih menggelikan adalah, toko-toko di sekitar perayaan festival itu menjual aneka gula-gula berbentuk penis (lihat gambar).
Besar kecil, tua muda, pria dan wanita terlihat gembira menyaksikan festival tersebut. Belum diketahui makna dan history apa di balik perayaan tersebut. Yang jelas Jepang sebagai sebuah negara memang memiliki banyak sekali festival dan perayaan.
Cewek Jepang dan Penis
Dua orang wanita sedang menikmati gula-gula berbentuk penis
Meriam Mirip Penis
Festival penis, perayaan untuk menghormati dewa kesuburan
Di Jepang terdapat sebuah festival penis yang di rayakan setiap tahun di bulan April. Pada perayaan tersebut, sekelompok wanita memakai busana khas Jepang dan sepertinya berasal dari kuil terlihat membopong sebuah patung Penis berwarna merah.
Festival Penis JepangFestival penis tersebut di lakukan di daerah Kawasaki, Jepang. Pada festival tersebut di pajang juga aneka macam patung berbentuk penis mulai dari asbak rokok, alat kelengkapan rumah tangga seperti asung dan kompor dari penis. Bahkan terdapat juga meriam-meriam yang berbentuk penis. Yang lebih menggelikan adalah, toko-toko di sekitar perayaan festival itu menjual aneka gula-gula berbentuk penis (lihat gambar).
Besar kecil, tua muda, pria dan wanita terlihat gembira menyaksikan festival tersebut. Belum diketahui makna dan history apa di balik perayaan tersebut. Yang jelas Jepang sebagai sebuah negara memang memiliki banyak sekali festival dan perayaan.
Cewek Jepang dan Penis
Dua orang wanita sedang menikmati gula-gula berbentuk penis
Meriam Mirip Penis
Festival penis, perayaan untuk menghormati dewa kesuburan

Polisi di acara Festival Penis
Seks di Jepang bukanlah sesuatu yang tabu. Bagi wanita Jepang, masih perawan di malam pertama pernikahan adalah sesuatu yang sangat memalukan. Kondisi ini diartikan bahwa mereka berada di level terbawah dalam pergaulan mereka.Saya hanya membayangkan festival seperti ini bila diadakan di indonesia…tentu saja protes datang bertubi tubi.Mungkin masih butuh pendewasaan diri bila hendak menyelenggarakan festifal seperti ini.
created by Donna Herlina
survey sex rendah jepang dan wanita jepang yang doyan sex
{ 14 Desember 2009 @ 4:48 PM } · { culture and events } 
Nah lo…kalo kita melihat jepang sebagai penghasil karya dan nilai produksi teknologi terbesar,lanatas mengapa ada sebuah survey yang menyatakan nilai sex jepang berada di nilai yang rendah.apakah masyarakat jepang terlalu letih memuaskan rasa ingin melakukan sex????hohohoho.
Orang mana di dunia yang paling malas berhubungan seks?(pertanyaan yang hampir aneh)
Jawabannya, Jepang.
Menurut survei yang dilakukan produsen kondom Durex, orang Jepang rata-rata bercinta 48 kali dalam setahun. Jumlah ini jauh di bawah rata-rata angka bercinta orang di seluruh dunia yang mencapai 106 kali dalam setahun.lalu bagaimana dalam hal sex yang mengatasnamakan gender perempuan hasil survey malah lai lagi…Wanita jepang termasuk doyan sex. Orang Jepang tak hanya dikenal ulet dalam bekerja, namun juga urusan seks. Rata-rata perempuan di Negeri Matahahari Terbit itu, masih bisa melakukan hubungan seksual di usia 86 tahun.
Usia harapan seks itu menempatkan perempuan Jepang paling lama di dunia. Demikian data yang dirilis Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip Telegraph.co.uk, Jumat (22/5/2009). WHO sendiri mengumpulkan data tersebut berdasarkan laporan sejak 2007.
Anda mau tahu orang mana yang paling rajin bercinta? Ternyata orang Yunani. Mereka bercinta rata-rata 164 kali dalam setahun. Wow! Survei tersebut dipublikasikan pekan ini di Kongres Kesehatan Seksual Dunia di Sydney, Australia, Selasa (17/4).
Survei melibatkan 26.000 orang di 26 negara. Masih menurut survei ini, tingkat kepuasan orang Jepang atas kehidupan seksnya hanya 10 persen. Jauh di bawah tingkat kepuasan orang rata-rata di dunia yang mencapai 49 persen. Mereka yang paling puas dengan kehidupan seksnya adalah orang Nigeria, yakni mencapai 78 persen.
Anda juga ingin tahu orang mana yang paling tergesa-gesa melakukan hubungan intim? Jawabannya adalah orang India. Mereka rata-rata bercinta hanya 13,2 menit per action. Jauh di bawah rata-rata dunia yang mencapai 18,3 menit per action.
Orang Singapura, Hongkong, Jepang, Thailand, dan Australia juga tidak berlama-lama dalam bercinta. Orang-orang dari negara itu bercinta dengan waktu yang kurang dari 18,3 menit. Sebaliknya, orang yang paling tahan lama ketika bercinta adalah orang Nigeria yang mencapai 24 menit.
Bagaimana dengan orang Indonesia? Survei ini tidak menyebut performa seks orang Indonesia. Mungkin mereka menganggap kehidupan seks orang Indonesia sudah oke.
Bahahahah.Lucu yah.

….created by Donna Herlina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar